Electric Power Steering merupakan sebuah sistem kemudi yang kontrol dan cara kerjanya diatur secara elektronik, bertujuan untuk membuat putaran setir (roda kemudi) menjadi lebih ringan sesuai dengan kebutuhan selama pengemudian.
Sistem ini mulai banyak diadopsi pada mobil-mobil citycar keluaran tebaru saat ini (meskipun belum semuanya) karena sistem ini dianggap lebih ramah lingkungan dan efisien bahan bakar.
Sebelum Electric Power Steering ini ada, kebanyakan mobil menggunakan sistem kemudi yang dikontrol secara hidrolis dengan menggunakan oli hidrolis sebagai sumber kekuatannya.
Selain itu, Power Steering tipe hidrolis ini juga menggunakan pompa oli yang umum diputar oleh mesin melalui sebuah belt, sehingga dianggap membebani putaran mesin yang berujung pada konsumsi penggunaan bahan bakar.
Oleh karena itu, diciptakanlah sistem kemudi Electronic Power Steering guna mengurangi pengunaan oli power steering agar lebih ramah lingkungan dan hemat bahan bakar.
Ya. Electronic Power Steering ini sudah tidak lagi menggunakan oli power steering guna memperingan putaran kemudi, melainkan ia menggunakan motor elektrik yang dikendalikan oleh sebuah komputer.
Nah, bagi yang penasaran dengan komponen kerja EPS ini, berikut beberapa komponen-komponen Electric Power Steering yang umum digunakan saat ini
Sesaat setelah kunci kontak diputar ke posisi ON, EPS Control Module akan mendapatkan arus listrik untuk kondisi stand-by yang ditandai dengan menyalanya indikator EPS pada panel instrumen.
Ketika mesin mobil di hidupkan, maka Noise Suppressor segera memberikan informasi pada EPS Control Module guna mengaktifkan motor listrik. Disaat ini juga, clutch ikut langsung bekerja dan menghubungkan motor listrik dengan batang setir.
Selain itu, Torque Sensor yang sudah aktif juga akan memberikan informasi kepada EPS control module tentang posisi stir saat ini, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh mana setir sudah diputar dan seberapa cepat putarannya.
Baca juga : 5 indikator mesin yang berpotensi menyebabkan mobil mogok
Dengan dua informasi tersebut, EPS Control Module segera mengirimkan arus listrik sesuai jumlah listrik yang dibutuhkan ke motor listrik guna memutar gigi kemudi. Dengan begitu tenaga yang digunakan untuk memutar setir menjadi lebih ringan.
Pada kecepatan tinggi, putaran steering yang ringan bisa membahayakan pengemudian, oleh karena itu, umumnya pabrikan mengurangi kekuatan motor EPS agar pengemudian saat kecepatan tinggi tidak lagi seringan saat kecepatan rendah.
Untuk mengatur kondisi ini, digunakanlah Vehicle Speed Sensor yang bertugas untuk membaca kecepatan saat mobil melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi EPS control module tentang kecepatan kendaraan.
Umumnya kecepatan diatas 80 km/jam motor elektrik akan dinonaktifkan oleh EPS Control Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan keamanan.
Jadi sistem EPS ini akan mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, EPS Control Module juga mendeteksi jika terjadi malfungsi pada sistem EPS.
Lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala berkedip apabila terjadi malfungsi pada komponen-komponen EPS itu sendiri.
Ketika terjadi malfungsi tersebut, EPS control module akan menonaktifkan motor elektrik, sehingga clutch juga akan melepas hubungan antara motor dengan batang setir.
Meskipun begitu, mobil dengan EPS yang sedang mengalami masalah / terjadi malfungsi tetap bisa dikemudikan walaupun setir akan terasa lebih berat ketika diputar akibat hilangnya efek power steering yang disediakan EPS.
Sistem ini mulai banyak diadopsi pada mobil-mobil citycar keluaran tebaru saat ini (meskipun belum semuanya) karena sistem ini dianggap lebih ramah lingkungan dan efisien bahan bakar.
Sebelum Electric Power Steering ini ada, kebanyakan mobil menggunakan sistem kemudi yang dikontrol secara hidrolis dengan menggunakan oli hidrolis sebagai sumber kekuatannya.
Selain itu, Power Steering tipe hidrolis ini juga menggunakan pompa oli yang umum diputar oleh mesin melalui sebuah belt, sehingga dianggap membebani putaran mesin yang berujung pada konsumsi penggunaan bahan bakar.
Oleh karena itu, diciptakanlah sistem kemudi Electronic Power Steering guna mengurangi pengunaan oli power steering agar lebih ramah lingkungan dan hemat bahan bakar.
Ya. Electronic Power Steering ini sudah tidak lagi menggunakan oli power steering guna memperingan putaran kemudi, melainkan ia menggunakan motor elektrik yang dikendalikan oleh sebuah komputer.
Nah, bagi yang penasaran dengan komponen kerja EPS ini, berikut beberapa komponen-komponen Electric Power Steering yang umum digunakan saat ini
Komponen-komponen Electric Power Steering
1. Motor elektrik
Komponen ini bertugas secara langsung membantu meringankan perputaran setir.2. Control Module
Komponen ini merupakan otaknya EPS, berupa sebuah komputer yang berfungsi untuk mengatur kerja EPS secara keseluruhan.3. Torque Sensor
Terletak di dalam kolom setir yang berfungsi untuk memberikan informasi ke control module jika setir mulai diputar oleh pengemudi.4. Clutch
Kopling ini ada di antara motor dan batang setir. Tugasnya untuk menghubungkan dan melepaskan motor dengan batang setir sesuai kondisi.5. Noise Suppressor
Berfungsi sebagai sensor yang mendeteksi kodisi kerja mesin, seperti contohnya mesin sedang bekerja atau tidak.6. Vehicle Speed Sensor
Terletak di girboks steering, bertugas untuk memberikan informasi ke EPS control module tentang kecepatan mobil.7. On-board Diagnostic Display
Adalah indikator di panel instrumen yang berfungsi untuk memberikan informasi kepada pengemudi jika ada masalah dengan sistem EPS.Cara Kerja Electric Power Steering
Sesaat setelah kunci kontak diputar ke posisi ON, EPS Control Module akan mendapatkan arus listrik untuk kondisi stand-by yang ditandai dengan menyalanya indikator EPS pada panel instrumen.
Ketika mesin mobil di hidupkan, maka Noise Suppressor segera memberikan informasi pada EPS Control Module guna mengaktifkan motor listrik. Disaat ini juga, clutch ikut langsung bekerja dan menghubungkan motor listrik dengan batang setir.
Selain itu, Torque Sensor yang sudah aktif juga akan memberikan informasi kepada EPS control module tentang posisi stir saat ini, ia akan mengirimkan informasi tentang sejauh mana setir sudah diputar dan seberapa cepat putarannya.
Baca juga : 5 indikator mesin yang berpotensi menyebabkan mobil mogok
Dengan dua informasi tersebut, EPS Control Module segera mengirimkan arus listrik sesuai jumlah listrik yang dibutuhkan ke motor listrik guna memutar gigi kemudi. Dengan begitu tenaga yang digunakan untuk memutar setir menjadi lebih ringan.
Pada kecepatan tinggi, putaran steering yang ringan bisa membahayakan pengemudian, oleh karena itu, umumnya pabrikan mengurangi kekuatan motor EPS agar pengemudian saat kecepatan tinggi tidak lagi seringan saat kecepatan rendah.
Untuk mengatur kondisi ini, digunakanlah Vehicle Speed Sensor yang bertugas untuk membaca kecepatan saat mobil melaju. Sensor ini menyediakan informasi bagi EPS control module tentang kecepatan kendaraan.
Umumnya kecepatan diatas 80 km/jam motor elektrik akan dinonaktifkan oleh EPS Control Module. Dengan begitu setir menjadi lebih berat sehingga meningkatkan keamanan.
Jadi sistem EPS ini akan mengatur besarnya arus listrik yang dialirkan ke motor listrik hanya sesuai kebutuhan saja.
Selain mengatur kerja motor elektrik berdasarkan informasi dari sensor, EPS Control Module juga mendeteksi jika terjadi malfungsi pada sistem EPS.
Lampu indikator EPS pada panel instrumen akan menyala berkedip apabila terjadi malfungsi pada komponen-komponen EPS itu sendiri.
Ketika terjadi malfungsi tersebut, EPS control module akan menonaktifkan motor elektrik, sehingga clutch juga akan melepas hubungan antara motor dengan batang setir.
Meskipun begitu, mobil dengan EPS yang sedang mengalami masalah / terjadi malfungsi tetap bisa dikemudikan walaupun setir akan terasa lebih berat ketika diputar akibat hilangnya efek power steering yang disediakan EPS.